Lama sudah aku menjadi pengamat kisah cinta yang kau tuang berdua dengannya di ranah semesta. Membaca puisi-puisimu padanya yang membuatku berdegup kencang seolah mereka ditujukan untukku. Padahal bukan. Mereka untuk pengisi mimpimu. Pelagu melodimu. Bukan aku.
Tak terindahkan lagi aku mulai menyusun romansa kecil di sudut kepalaku. Tentang dirimu yang tak pernah melihat ke arahku. Pandanganmu selalu tertuju ke cakrawala. Ke romantika senja. Kepada dirinya yang sempurna, yang membuatmu sedih karena di dalam ceritamu, kau selalu mengejarnya. Selagi ia selalu beberapa langkah di depan, hanya sesekali menunggumu mensejajarinya, lalu kemudian berlari lagi beberapa depa.
Lambat laun ia tak hanya menjadi senja. Ia bercita-cita menjadi fajar. Bersikeras memaksa sayap merahnya menjadi keemasan. Kemilaunya menyilaukan.
Bahkan di tengah usahamu mengejarnya, kau terengah-engah. Ia tak lagi berlari, ia telah mengembangkan sayapnya, belajar terbang. 'Hei,' ujarmu, 'Kau mungkin bisa terbang karena kau serupa malaikat. Tapi aku manusia fana! Yang kau cintai karena ketaksempurnaan.'
Kau mencoba menyusulnya, berusaha membelai angkasa. Namun kau terjatuh di beberapa kesempatan: sayap kayumu tak jua membuatmu mampu melawan gravitasi.
Pada masa seperti ini aku, yang hanya mampu memandangmu di kejauhan, seringkali memekik tertahan, menahan napas, menahan rasa sakit dari dalam. Melihatmu terkapar tak berdaya seperti itu, aku harus memalingkan wajah berulang-ulang kali.
Pada masa seperti ini aku, yang wajahnya tak kau kenali, hanya bisa menggigit bibir penuh harap, memanggil-manggil namamu dalam hati. Berharap kau akan melihat ke arahku. Aku, yang tak berusaha menjadi siapa-siapa. Dan tak berharap kau menjadi siapa pun. Selain kamu, dan kamu seorang.
Suatu hari nanti kau akan lelah mencoba menyusul dirinya, yang tak bisa kau rantai ke tanah untuk bisa bersanding denganmu. Suatu hari nanti, kau akan berjalan lagi seperti biasa tanpa hiraukan dirinya dan sayapnya yang keemasan. Kau akan menjadi dirimu lagi, yang selalu kukagumi dan kuanggap sempurna, Sang Penunggu Cakrawala.
Lalu kau akan menemukanku di jalan setapak yang kau lalui. Suatu hari nanti.
Terima kasih untuk inspirasi.