Alhamdulillah


Setelah semua kerja keras..
Tenaga
Uang
Air mata
Doa
dan (saya cukup yakin pada suatu titik,)
Darah

Kata yang ditunggu-tunggu..
terucapkan juga.

Alhamdulillah...

Lembaran baru akan dimulai segera.


Hilang


Kita pernah menjejak di atas pasir.

Kau dan aku,
mengukir rongga memori

Namun seperti apapun yang terekam
di atas pasir,
Kita
hilang dalam sekejap.
Terhapus jejak air,
mengikisnya jauh ke tengah samudera.

Gelitik




Apakah benar, birunya langit tergelitik putih awan? Mungkin saja awan geli pada langit biru, sehingga bentuknya seperti itu.


Penunggu Cakrawala

Lama sudah aku menjadi pengamat kisah cinta yang kau tuang berdua dengannya di ranah semesta. Membaca puisi-puisimu padanya yang membuatku berdegup kencang seolah mereka ditujukan untukku. Padahal bukan. Mereka untuk pengisi mimpimu. Pelagu melodimu. Bukan aku.

Tak terindahkan lagi aku mulai menyusun romansa kecil di sudut kepalaku. Tentang dirimu yang tak pernah melihat ke arahku. Pandanganmu selalu tertuju ke cakrawala. Ke romantika senja. Kepada dirinya yang sempurna, yang membuatmu sedih karena di dalam ceritamu, kau selalu mengejarnya. Selagi ia selalu beberapa langkah di depan, hanya sesekali menunggumu mensejajarinya, lalu kemudian berlari lagi beberapa depa.

Lambat laun ia tak hanya menjadi senja. Ia bercita-cita menjadi fajar. Bersikeras memaksa sayap merahnya menjadi keemasan. Kemilaunya menyilaukan.

Bahkan di tengah usahamu mengejarnya, kau terengah-engah. Ia tak lagi berlari, ia telah mengembangkan sayapnya, belajar terbang. 'Hei,' ujarmu, 'Kau mungkin bisa terbang karena kau serupa malaikat. Tapi aku manusia fana! Yang kau cintai karena ketaksempurnaan.'

Kau mencoba menyusulnya, berusaha membelai angkasa. Namun kau terjatuh di beberapa kesempatan: sayap kayumu tak jua membuatmu mampu melawan gravitasi.

Pada masa seperti ini aku, yang hanya mampu memandangmu di kejauhan, seringkali memekik tertahan, menahan napas, menahan rasa sakit dari dalam. Melihatmu terkapar tak berdaya seperti itu, aku harus memalingkan wajah berulang-ulang kali.

Pada masa seperti ini aku, yang wajahnya tak kau kenali, hanya bisa menggigit bibir penuh harap, memanggil-manggil namamu dalam hati. Berharap kau akan melihat ke arahku. Aku, yang tak berusaha menjadi siapa-siapa. Dan tak berharap kau menjadi siapa pun. Selain kamu, dan kamu seorang.

Suatu hari nanti kau akan lelah mencoba menyusul dirinya, yang tak bisa kau rantai ke tanah untuk bisa bersanding denganmu. Suatu hari nanti, kau akan berjalan lagi seperti biasa tanpa hiraukan dirinya dan sayapnya yang keemasan. Kau akan menjadi dirimu lagi, yang selalu kukagumi dan kuanggap sempurna, Sang Penunggu Cakrawala.

Lalu kau akan menemukanku di jalan setapak yang kau lalui. Suatu hari nanti.

Terima kasih untuk inspirasi.


Ruang

Setiap dari kita pasti memilikinya. Suatu ruang tak tersadari di dalam labirin keberadaan kita. (Kusebut labirin karena apa yang membentuk keutuhan seseorang manusia begitu rumit. Begitu kompleks. Multidimensi.) Dan keberadaannya mempengaruhi keberadaan kita, karena tanpanya kita bukan manusia seutuhnya. Seperti kepingan puzzle yang jika hilang tak akan mampu membentuk gambar yang utuh. Seperti menarik satu blok terbawah di permainan Uno Stacko, tanpanya keseluruhan dirimu bisa runtuh.

Ruang itu, adalah ruang di mana kau menolak untuk tumbuh dewasa. Tak peduli seberapa jauh kau telah berjalan di atas dunia, sebagian kecil dari dirimu pasti merindukan ruangan tersebut. Dan jika kau mau menyelam cukup jauh ke dalam dirimu, kau akan temukan ruang itu. Selalu sama seperti terakhir kali kau mengunjunginya. Ruang itu tak pernah berubah. Dirimu-lah yang berubah.

Kau bisa berkelana, berkeliling dunia dengan angkuh dan membanggakan keberanianmu. Mungkin kau punya seluruh pengetahuan yang membuatmu menjadi seorang cendekiawan dengan intelektualitas di atas rata-rata. Tetapi kau tak bisa mengelak, bahwa ruang itu ada. Ia begitu sederhana: ia hanya ada. Kau bahkan mungkin tidak menyadarinya, tetapi keberadaannya begitu dekat, hingga tercermin dalam raut wajahmu, dalam ekspresi emosimu; begitu pekat, hingga ia membayangi saat kau berkontemplasi; begitu lekat, hingga ia menaungi pilihan-pilihan yang kau ambil dalam jalan kehidupan.

Bayangkan raut wajah seorang anak kecil yang berbinar-binar ketika ia mendapat mainan baru. Lalu ia pamerkan mainan baru itu kepada teman-teman di kelasnya. Realitas itu tidak pernah berubah seiring kau bertambah dewasa. Hanya bentuk mainannya saja yang berubah. (thank you, Westhi, for the inspiration!)

Lalu ingatlah di sela kesibukanmu membuat perubahan di atas dunia, tiba-tiba kau merindukan hal-hal yang sederhana: perhatian dari orang-orang terkasih, rumah, dan seorang teman dalam kesendirian. Hal-hal yang sederhana, yang kau pelajari dari masa kanak-kanak yang mereka bilang naif. Begitu sederhana sehingga ia indah. Tapi juga begitu sederhana, hingga kita lupa bahwa kita memilikinya.

Kita sering terlarut dalam labirin yang kita buat, terlalu sibuk meninggalkan jejak yang semrawut dalam mengejar sebuah pencapaian, hingga kita terlupa bahwa kita memiliki ruang ini, yang begitu istimewa. Ia berdiri hening dalam kebisingan. Padahal di dalamnya sarat dengan memori bijak yang bisa mengajari kita, betapa berbahayanya dunia. Namun kita terlupa, karena terlalu larut dengan apa yang kita bisa, apa yang kita tahu, hingga kita berhenti bertanya.

Padahal ruangan itu memiliki esensi, dan kau kehilangan esensi dengan berhenti bertanya.

Tapi ia masih ada di sana, di dalam diri kita. Tak peduli kita sudah lupa jalan untuk kembali ke sana. Ia selalu ada. Tinggal bagaimana engkau menemukannya.


dirilis ulang dari http://oktavinaa.blogspot.com/, September 2008

Daisypath Anniversary Years Ticker

Selamat Datang!

Ini adalah bagian kecil dari dunia saya, sepenggalan cerita. Setelah saya memutuskan bahwa Buon Giorno, Principessa! akan menjadi rumah bagi pikiran-pikiran yang tertuang dalam bahasa Inggris, saya merasa memerlukan ruang baru bagi celoteh-celoteh bahasa ibu yang kerap bising memenuhi benak ini. Maka, inilah dia. Cerita Principessa. Suatu ruang baru dalam kisah saya, yang suka dipanggil Principessa. Ruang pikiran, yang (semoga) lebih bersahaja karena bahasanya lebih kau kenal untuk kau resapi maknanya.

Maka selamat datang! Tak perlulah terburu-buru pulang..

Menyapa

Menyapa
Dalam ranah maya, sebut ia 'Principessa'. Di dunia nyata, ia hanya gadis kecil yg senang bercerita...

Yang disuka

Yang disuka
buku-buku

arsitektur

hot chocolate

sensasi kesendirian di kota asing

LOVE. don't we all? =)
Powered By Blogger

Para Pendatang