#SelamatkanAnakBangsa : Cintai Buku, Matikan Televisimu

Dengan konten televisi lokal kita yang memprihatinkan, serta sangat minimnya tayangan yang mendidik, apalah ruginya mengurangi waktu 2-3 jam sehari untuk mematikan televisi dan membaca buku? Membaca buku membuka imajinasi, menambah pengetahuan, memperkaya kepribadian, dan terlebih lagi: HEMAT ENERGI.

(sumber gambar)

Pikirkan kembali, berapa jam dihabiskan di dalam rumahmu untuk menonton televisi? Berapa unit televisi yang dikuasai masing-masing anggota keluarga? Berapa jam waktu terbuang yang sebetulnya dapat digunakan untuk bercengkrama dengan keluarga, bertatap muka, atau melakukan hal-hal yang betul-betul bermanfaat?

Di dalam era informasi sekarang ini, informasi mengalir deras dengan cepatnya, hingga terkadang sulit untuk memilah-milah informasi mana yang baik dan informasi mana yang buruk. Televisi berperan besar dalam mempengaruhi perilaku generasi muda dengan mudah ke arah yang negatif: mempengaruhi mental, sikap, pola pikir, gaya hidup konsumtif, dan lain-lain. Sebut saja sinetron-sinetron yang seringkali tidak menawarkan pesan moral yang baik --perilaku tidak sopan terhadap yang lebih tua, bersikap kasar pada teman sebaya-- (ditambah akting yang buruk dan alur cerita yang klise), atau reality show semakin terlihat tidak real, serta infotainment yang mengaburkan nilai-nilai prinsipil yang perlu kita pegang. Di atas semua itu, televisi menjadikan bangsa kita bangsa yang dramatis: segala hal dijadikan drama berlebihan: kekalahan di kontes dihadapi dengan tangisan, sidang wakil rakyat menjadi bahan tertawaan). Apa yang betul-betul dapat kita pelajari dari berjam-jam menonton televisi? Mana kontrol yang sepatutnya dilakukan oleh otoritas atas informasi yang dapat diserap pemirsa, terutama generasi muda?


Di kala lembaga pertelevisian kita menolak untuk memilah-milah hal tersebut untuk kita, tangan kita lah yang memegang kontrol: Matikan televisimu! Mulailah membaca buku.


Sangat banyak yang dapat kita peroleh dari sebuah buku. Banyak cerita rakyat Indonesia yang mengajarkan kepahlawanan dan sikap santun terhadap orang tua, hal-hal yang mengingatkan kita akan identitas diri sebagai bangsa timur. Hidupkan kisah perjuangan para pahlawan, supaya generasi muda lebih menghargai perjuangan meraih kemerdekaan, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. Pergi berpetualang ke Mesir atau Lembah Amazon, pelajari kebudayaan dan peradaban baru. Gunakan imajinasi dan rasakan petualangan yang mendebarkan!


Buku membuka ranah imajinasi, membiarkan kepribadian kita berkembang kepada segala kemungkinan, membuka forum-forum diskusi yang mendekatkan hubungan persaudaraan, membawa kita ke tempat-tempat baru tanpa harus jauh-jauh beperjalanan, dan membiarkan kita bermimpi setinggi-tingginya, membentuk cita sejak dini. Ajak adik, keponakan, anak-anak kita untuk belajar mencintai buku. Bacakan mereka buku, jauhkan mereka dari televisi, terutama dari program-program yang kurang mendidik. Pun ketika menonton tv, bantu mereka memilah mana program yang baik, dan matikan tv ketika sudah waktunya untuk tidur dan belajar. Bawa mereka bermain ke luar: hidupkan petualangan yang tadinya hanya dinikmati secara pasif dari tayangan televisi. Jangan biarkan generasi muda menjadi generasi yang terpaku pada kotak 32 inci, yang tak bisa mengembangkan khayalan dan kepribadiannya sendiri.


Matikan televisi, dan mulailah membaca buku. Biarkan otakmu berpikir untuk dirimu sendiri, jangan biarkan televisi berpikir untukmu. Sisihkan waktu untuk membaca, membacakan buku untuk adikmu, dan mendiskusikan isi buku dengan seluruh anggota keluarga. Selain menghemat energi, kegiatan ini juga bisa meningkatkan intensitas kegiatan yang bisa dilakukan bersama-sama.


Membaca buku juga merupakan kegiatan yang murah sebetulnya, sayangnya tak semua keluarga Indonesia memiliki akses untuk memperolehnya. Oleh karena itu, coba tengok sekelilingmu. Adakah masyarakat yang membutuhkan akses kepada bacaan-bacaan bermutu? Mengapa tidak menggalang buku-buku dari perpustakaan pribadimu atau kawan-kawanmu untuk dibuat taman bacaan atau perpustakaan di komunitas yang membutuhkan? Atau coba akses @Penyala, dan mungkin seorang anak dari pulau terluar Indonesia dapat menikmati petualangan favoritmu ketika kecil dulu. Aksi-aksi sederhana yang dimulai dari diri sendiri dapat menjadi pemicu untuk menjadikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Maka, mari bersama-sama #SelamatkanAnakBangsa. Jauhkan mereka dari pengaruh negatif yang bersumber dari media. Cintai buku, matikan televisimu.


Tentang Jalan dan Perjalanan


Saya percaya semua orang bisa memilih jalan hidupnya masing-masing.

Selepas kuliah, senang sekali melihat update di dunia maya dari teman-teman yang mendapat pekerjaan di perusahaan anu, melanglang buana ke negeri inu, dan melanjutkan studi ke universitas unu. Saya pun bersyukur mendapat kesempatan untuk banyak belajar dalam dunia yang ingin saya geluti, berkenalan dengan banyak orang hebat, dan belajar banyak dari orang-orang tersebut dalam kurun waktu beberapa bulan setelah lepas dari bangku kuliah. Mungkin tak banyak orang yang bisa seberuntung saya. Tidak dalam hal materi, namun dalam hal kekayaan pengalaman dan pembelajaran. Dan ini tak selalu bisa dimengerti banyak orang.

Banyak yang bertanya-tanya, mengapa selepas kuliah saya tidak berminat mencari pekerjaan di bidang ini, di bank anu, di biro inu; banyak pula teman-teman orang tua saya yang menawarkan untuk mengenalkan saya dengan kenalannya yang punya perusahaan anu; dan yang lainnya sibuk menceritakan anak temannya yang mendapat beasiswa ini, inu, dan anu. Semuanya saya sambut dengan senyum mafhum. Saya menghargai tawaran-tawaran mereka, tetapi saya di sini tidak bermaksud mengikuti jejak siapa-siapa. Saya memiliki rencana dan telah menetapkan tujuan-tujuan. Jika saya tidak memutuskan untuk kuliah di benua anu atau bekerja di korporasi inu, berarti itu tidak termasuk rencana saya. Setidaknya belum. Untuk saat ini. Sederhana, bukan?

Rencana hidup saya mencakup sebuah proses pembelajaran yang amat panjang, dengan pilihan-pilihan yang harus diambil di sana-sini. Adalah cita-cita saya untuk menjalani hidup yang penuh arti, dan jika memungkinkan, membagi sebagian yang saya miliki untuk orang lain. Menurut saya, seseorang patut dihargai bukan atas seberapa banyak yang ia hasilkan untuk dirinya sendiri, namun seberapa banyak ia bermanfaat bagi orang lain. Jadi di sinilah saya, berusaha untuk mengisi hidup dengan lembar-lembar yang (saya harap) bermakna. Sudah cukup saya bergerak terlalu cepat, berusaha menjadi yang ada di garis terdepan. Kini saya hanya ingin berusaha menjadi, secara sepenuhnya dan seutuhnya. Melebur dengan waktu dan momentum yang menjadikannya bermakna.

Tentu terkadang merasa iri, melihat beberapa teman yang tengah berkesempatan melihat dunia. Berfoto di depan gedung A di negara X, di tempat-tempat yang terdaftar dalam bucket list saya untuk dikunjungi suatu hari nanti. Tetapi tidak mengapa. Saya yakin teman-teman tersebut berjuang keras untuk berada di posisi mereka. Tak perlu iri hati, semua orang punya perjuangannya sendiri. Tak usah juga memaksakan diri. Toh saya yakin dengan rencana-rencana saya. Dalam hidup, sudah beberapa kali saya diberi kesempatan untuk melihat dunia. Untuk lagi-lagi meminta kesempatan untuk berkelana rasanya sedikit tamak, padahal saya merasa belum memberi apa-apa dari perjalanan saya.

Maka sejak sebelum lulus kuliah, saya memutuskan bahwa untuk sementara ini saya tidak akan mengejar apa-apa, atau setidaknya, apa yang dipandang orang prestige semata. Saya pikir, saya hidup di dunia ini tidak untuk membuktikan diri kepada siapapun. Saya memilih menekan ego saya, memilih mengambil jalan yang sederhana untuk belajar sebanyak-banyaknya. Menetapkan langkah-langkah yang akan diambil, satu demi satu. Kita toh bisa berlari saat ini karena langkah kecil yang kita ambil selagi masih balita. Itu yang saya percaya.

Saya yakin jika kita berusaha, suatu hari nanti akan bisa mencapai puncak-puncak dunia. Beberapa dari kita mungkin melangkahkan kaki dengan gemilang, lebih tinggi dari yang lainnya. Untuk mereka yang harus memulai dengan merangkak dari bawah, tidak apa-apa. Asal terus yakin dan berusaha. Kurasa selama kita tahu arah mana yang kita tuju, kita akan tahu ke mana harus melihat. Yang sulit adalah jika kita hanya mendamba, tanpa tahu arah hidup kita sebenarnya. Saran saya, definisikan dengan jelas, fokuskan pikiranmu terkonsentrasi pada tujuan itu, dan semesta akan membantu kita menemukan jalan kepadanya.


Daisypath Anniversary Years Ticker

Selamat Datang!

Ini adalah bagian kecil dari dunia saya, sepenggalan cerita. Setelah saya memutuskan bahwa Buon Giorno, Principessa! akan menjadi rumah bagi pikiran-pikiran yang tertuang dalam bahasa Inggris, saya merasa memerlukan ruang baru bagi celoteh-celoteh bahasa ibu yang kerap bising memenuhi benak ini. Maka, inilah dia. Cerita Principessa. Suatu ruang baru dalam kisah saya, yang suka dipanggil Principessa. Ruang pikiran, yang (semoga) lebih bersahaja karena bahasanya lebih kau kenal untuk kau resapi maknanya.

Maka selamat datang! Tak perlulah terburu-buru pulang..

Menyapa

Menyapa
Dalam ranah maya, sebut ia 'Principessa'. Di dunia nyata, ia hanya gadis kecil yg senang bercerita...

Yang disuka

Yang disuka
buku-buku

arsitektur

hot chocolate

sensasi kesendirian di kota asing

LOVE. don't we all? =)
Powered By Blogger

Para Pendatang