Percakapan Terakhir dengan Si Rambut Panjang

Lama saya duduk berhadapan dengan si gadis berambut panjang. Tempat itu tak terlalu lengang. Orang-orang di sekitar kami lalu lalang, sementara yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Seakan-akan dunia sedang membiarkan kami berdua larut dalam detik-detik yang terentang lamban dalam keraguan akan perpisahan.

Ia menatap saya cemas. Ingin saya mengusap rambutnya, mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi saya tahu, semua itu sia-sia. Kami pun tenggelam pada percakapan dalam diam.

“Akankah aku berjumpa lagi denganmu?” tatapannya seolah bertanya.

“Akan tiba waktunya,” ujar saya. Masih dalam tatapan yang, saya harap, akan menenangkan gundah di hatinya.

Ia melirik sekeliling kami. Tentu saja orang-orang itu tak menghiraukan kami. Mereka terlalu sibuk dengan percakapan-percakapan yang artifisial satu sama lain, seolah mereka saling peduli. Nyatanya, setelah hari ini, mungkin mereka tak akan bertemu lagi untuk beberapa lama. Tetap saja wajah-wajah itu berseri-seri, lalu saling memuji.

Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan saya tahu pernyataan yang berkecamuk di hatinya kurang-lebih berkata, “Tidak, ini semua salah. Aku mengambil jalan yang salah!”

Saya sudah hampir meraih genggaman tangannya untuk menghapuskan semua keraguan di hatinya. Namun saya urungkan niat itu, karena pria yang ditunggu-tunggu telah datang juga. Pria itu mengusap-usap rambutnya seolah penuh kasih. Saya hanya mencibir. Saya tahu, bukan dirinya yang ia cintai.

Pria itu meraih segenggaman dari rambut panjangnya yang saya cintai itu, dan ia bertanya, “Mau dipotong kaya gimana, Jeng?”

Si Gadis menjawab lirih, “Pendek aja deh, Mas. Bob gitu, tapi depannya lebih panjang dari belakangnya…”

“Oke. Aduh, sayang banget, padahal rambutnya panjang gini.” Lalu tak berapa lama kemudian si Pria sudah sibuk bekerja dengan gunting rambutnya. Kurang dari satu jam kemudian, si Gadis keluar dari salon dengan potongan rambut baru yang membuatnya tampak lebih fresh.

Ketika ia melewati cermin di departemen store sebelah, ia mengedipkan matanya pada saya.

Kalau saja ia tahu, betapa saya bangga akan keberaniannya…



0 comments:

Daisypath Anniversary Years Ticker

Selamat Datang!

Ini adalah bagian kecil dari dunia saya, sepenggalan cerita. Setelah saya memutuskan bahwa Buon Giorno, Principessa! akan menjadi rumah bagi pikiran-pikiran yang tertuang dalam bahasa Inggris, saya merasa memerlukan ruang baru bagi celoteh-celoteh bahasa ibu yang kerap bising memenuhi benak ini. Maka, inilah dia. Cerita Principessa. Suatu ruang baru dalam kisah saya, yang suka dipanggil Principessa. Ruang pikiran, yang (semoga) lebih bersahaja karena bahasanya lebih kau kenal untuk kau resapi maknanya.

Maka selamat datang! Tak perlulah terburu-buru pulang..

Menyapa

Menyapa
Dalam ranah maya, sebut ia 'Principessa'. Di dunia nyata, ia hanya gadis kecil yg senang bercerita...

Yang disuka

Yang disuka
buku-buku

arsitektur

hot chocolate

sensasi kesendirian di kota asing

LOVE. don't we all? =)
Powered By Blogger

Para Pendatang