Mulanya adalah kosong. Lalu dari kekosongan ia bermula.
Pernahkah kamu mengukur, bertanya-tanya, atau menebak-nebak seberapa besar waktu dapat menghukummu? Seberapa buruk badai bisa mendera, mencederai, melumpuhkan hatimu?
Aku tak pernah mengukur. Tapi aku tau.
Hati yang telah rusak tak bisa memaafkan, tak mampu mencinta sebesar ia pernah lakukan. Terkadang tanpa ia menyadarinya...
Hati yang terobek terenggut kemampuannya untuk percaya, bahwa masih ada cahaya di penantian pagi di kelokan hari.
Siapa Engkau, yang berpikir dapat terbang bebas, berlalu lalang meninggalkannya yang pernah terhempas tanpa menghembus kata maaf? Dan bahkan jika kau mau, kau takkan mampu menghapus ukiran waktu.
Yang menghempas, mendera, mencederai. Menikam, mencabik, melukai. Yang sewaktu-waktu menghampiri, bukan dalam eksistensi kongkret, melainkan melalui memori. Yang menyusup jahat di malam hari. Mencederai, sekali lagi.
Meninggalkannya dalam kekosongan rasa.
Kosong adalah akhirnya. Lalu dari kekosongan ia, sekali lagi, bermula.
0 comments:
Post a Comment