Di dalam era informasi sekarang ini, informasi mengalir deras dengan cepatnya, hingga terkadang sulit untuk memilah-milah informasi mana yang baik dan informasi mana yang buruk. Televisi berperan besar dalam mempengaruhi perilaku generasi muda dengan mudah ke arah yang negatif: mempengaruhi mental, sikap, pola pikir, gaya hidup konsumtif, dan lain-lain. Sebut saja sinetron-sinetron yang seringkali tidak menawarkan pesan moral yang baik --perilaku tidak sopan terhadap yang lebih tua, bersikap kasar pada teman sebaya-- (ditambah akting yang buruk dan alur cerita yang klise), atau reality show semakin terlihat tidak real, serta infotainment yang mengaburkan nilai-nilai prinsipil yang perlu kita pegang. Di atas semua itu, televisi menjadikan bangsa kita bangsa yang dramatis: segala hal dijadikan drama berlebihan: kekalahan di kontes dihadapi dengan tangisan, sidang wakil rakyat menjadi bahan tertawaan). Apa yang betul-betul dapat kita pelajari dari berjam-jam menonton televisi? Mana kontrol yang sepatutnya dilakukan oleh otoritas atas informasi yang dapat diserap pemirsa, terutama generasi muda?
Di kala lembaga pertelevisian kita menolak untuk memilah-milah hal tersebut untuk kita, tangan kita lah yang memegang kontrol: Matikan televisimu! Mulailah membaca buku.
Sangat banyak yang dapat kita peroleh dari sebuah buku. Banyak cerita rakyat Indonesia yang mengajarkan kepahlawanan dan sikap santun terhadap orang tua, hal-hal yang mengingatkan kita akan identitas diri sebagai bangsa timur. Hidupkan kisah perjuangan para pahlawan, supaya generasi muda lebih menghargai perjuangan meraih kemerdekaan, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. Pergi berpetualang ke Mesir atau Lembah Amazon, pelajari kebudayaan dan peradaban baru. Gunakan imajinasi dan rasakan petualangan yang mendebarkan!
Buku membuka ranah imajinasi, membiarkan kepribadian kita berkembang kepada segala kemungkinan, membuka forum-forum diskusi yang mendekatkan hubungan persaudaraan, membawa kita ke tempat-tempat baru tanpa harus jauh-jauh beperjalanan, dan membiarkan kita bermimpi setinggi-tingginya, membentuk cita sejak dini. Ajak adik, keponakan, anak-anak kita untuk belajar mencintai buku. Bacakan mereka buku, jauhkan mereka dari televisi, terutama dari program-program yang kurang mendidik. Pun ketika menonton tv, bantu mereka memilah mana program yang baik, dan matikan tv ketika sudah waktunya untuk tidur dan belajar. Bawa mereka bermain ke luar: hidupkan petualangan yang tadinya hanya dinikmati secara pasif dari tayangan televisi. Jangan biarkan generasi muda menjadi generasi yang terpaku pada kotak 32 inci, yang tak bisa mengembangkan khayalan dan kepribadiannya sendiri.
Matikan televisi, dan mulailah membaca buku. Biarkan otakmu berpikir untuk dirimu sendiri, jangan biarkan televisi berpikir untukmu. Sisihkan waktu untuk membaca, membacakan buku untuk adikmu, dan mendiskusikan isi buku dengan seluruh anggota keluarga. Selain menghemat energi, kegiatan ini juga bisa meningkatkan intensitas kegiatan yang bisa dilakukan bersama-sama.
Membaca buku juga merupakan kegiatan yang murah sebetulnya, sayangnya tak semua keluarga Indonesia memiliki akses untuk memperolehnya. Oleh karena itu, coba tengok sekelilingmu. Adakah masyarakat yang membutuhkan akses kepada bacaan-bacaan bermutu? Mengapa tidak menggalang buku-buku dari perpustakaan pribadimu atau kawan-kawanmu untuk dibuat taman bacaan atau perpustakaan di komunitas yang membutuhkan? Atau coba akses @Penyala, dan mungkin seorang anak dari pulau terluar Indonesia dapat menikmati petualangan favoritmu ketika kecil dulu. Aksi-aksi sederhana yang dimulai dari diri sendiri dapat menjadi pemicu untuk menjadikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Maka, mari bersama-sama #SelamatkanAnakBangsa. Jauhkan mereka dari pengaruh negatif yang bersumber dari media. Cintai buku, matikan televisimu.