Tentang Hidup, dan Mentimun

Pagi tadi entah mengapa saya sedang ingin makan ketoprak.

Maka saya dan pacar pun mendatangi satu warung tenda yang menjual ketoprak di daerah Sekeloa, Bandung. Hampir setiap pagi saya melewati warung tenda tersebut dan selalu berpikir, 'Kapan-kapan nyoba ah...' tapi belum juga berkesempatan mencicipinya hingga hari ini.

Kami lalu memesan dua porsi dengan pedas sedang, dan menyantapnya sambil berbincang-bincang.

Tak lupa saya menyisihkan potongan-potongan mentimun yang tidak saya suka ke pinggir piring.

Kami berbincang-bincang mengenai berbagai hal. Terkadang pembicaraan yang tanpa arah pun menghasilkan bahan perenungan kemudian. Sampai akhirnya kami membicarakan mengenai seseorang yang dia kenal.

Jadi orang ini pernah berhubungan dengan seorang wanita selama beberapa waktu. Tapi kemudian sang wanita ternyata dinikahkan dengan orang lain, karena si pria belum mapan. Belum siap berkeluarga. Belum bisa menghidupi mulut kedua dan ketiga.

Katanya sang wanita sedih, karena dia tidak sreg dengan calon suaminya. Tetapi apa boleh dikata, karena tekanan keluarga dan usia, akhirnya dia harus menikah bukan dengan orang yang disayanginya.

Saya tidak akan bicara atas nama sang lelaki, tetapi yang saya tebak hatinya pasti hancur. Lebih menyedihkan lagi bagi si wanita, karena harus menghabiskan sisa hidup dengan seseorang yang 'asing' bagi hatinya. Tetapi ada orang bijak yang mengatakan bahwa cinta itu akan tumbuh, jika dipupuk dan dirawat dengan hati. Yah, sebagai orang asing di kehidupan mereka, saya hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi masing-masing pihak.

Lalu di akhir pembicaraan, ketika kami akan beranjak pulang, pacar saya menatap ke piring saya yang berisi potongan-potongan mentimun yang tidak saya makan. Dia lalu berkomentar, 'Ah, curang kamu dapet timun. Aku ngga dapet!'

Seketika saya menyimpulkan, sambil menghubung-hubungkan dengan cerita sebelumnya, bahwa mentimun di piring saya itu bagaikan metafora hidup: Terkadang kamu tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan, sementara di saat yang bersamaan, dengan tidak adilnya, ada orang yang mendapatkan apa yang kamu inginkan, padahal dia tidak begitu menginginkannya seperti kamu.

Tapi begitulah hidup. Keadilan Tuhan tidak akan pernah masuk ke dalam logika kita. Makanya kita terkadang hanya menyalahkan keadaan tanpa berusaha mengetahui makna tersembunyi di balik segala sesuatu.

Bukan hal yang mudah. Karena jika pun kita berusaha, belum tentu kita memahaminya. Tapi saya rasa tugas kita dalam hidup ini tentu untuk menjalaninya. Bukan untuk menjadi Tuhan.

Mungkin Tuhan menaruh mentimun-mentimun itu di piring saya untuk satu alasan.

0 comments:

Daisypath Anniversary Years Ticker

Selamat Datang!

Ini adalah bagian kecil dari dunia saya, sepenggalan cerita. Setelah saya memutuskan bahwa Buon Giorno, Principessa! akan menjadi rumah bagi pikiran-pikiran yang tertuang dalam bahasa Inggris, saya merasa memerlukan ruang baru bagi celoteh-celoteh bahasa ibu yang kerap bising memenuhi benak ini. Maka, inilah dia. Cerita Principessa. Suatu ruang baru dalam kisah saya, yang suka dipanggil Principessa. Ruang pikiran, yang (semoga) lebih bersahaja karena bahasanya lebih kau kenal untuk kau resapi maknanya.

Maka selamat datang! Tak perlulah terburu-buru pulang..

Menyapa

Menyapa
Dalam ranah maya, sebut ia 'Principessa'. Di dunia nyata, ia hanya gadis kecil yg senang bercerita...

Yang disuka

Yang disuka
buku-buku

arsitektur

hot chocolate

sensasi kesendirian di kota asing

LOVE. don't we all? =)
Powered By Blogger

Para Pendatang